Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu membuat Garam Mohr
Teori Dasar
Mahasiswa mampu membuat Garam Mohr
Teori Dasar
Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam
golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi
biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2)
sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi
dapat pula dimagnetkan.
Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti
magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3),
dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit,
misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada
mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk
pita-kaset.
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek
ini; dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari
oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada
garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang
berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin
kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro
[Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal.
Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam
mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh FeII.
Dengan adanya udara atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah
besi menjadi Fe (III). Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer
melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembap cepat teroksidasi memberikan besi
(III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini
hancur dan membiarkan permukaan logam yang baru terbuka.
Pemisahan pasir besi dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menggunakan
mekanik separator, dengan cara ini dihasilkan konsentrasi pasir besi.
Selanjutnya dengan menambahkan bahan pengikat dan memanaskan kuat, konsentrasi
pasir besi dijadikan butiran besi (pellet). Pellet ini dapat dibentuk menjadi
besi setengah jadi (billet).
Pemisahan besi dilakukan dengan mereduksi besi oksida menggunakan kokas
dalam tanur. Besi yang diperoleh mengandung 95% Fe dan 3-4% O, serta sedikit
campuran besi kasar lantakan (pigiron). Besi tuang diperoleh dengan menuangkan
besi kasar dan rapuh dan hanya digunakan jika tidak menahan getaran mekanik
atau panas misalnya pada mesin dan rem.
Suatu bahan yang digunakan dalam proses peleburan besi
yaitu biji besi, batu kapur (CaCO3) dan kokas(C). Semua dimasukkan
dari atas menara. Pada bagian bawah dipompakan udara yang mengandung oksigen.
Salah satu kereakitfan besi yang merugikan secara ekonomi adalah korosi,
penyebabnya adalah udara dan uap air membentuk Fe2O3.
Bilangan oksidasi besi adalah +2 dan +3, tetapi umumnya besi (II) lebih mudah
teroksidasi spontan menjadi besi (III). Oksidasi besi yang telah dikenal adalah
FeO, Fe2O3, dan Fe3O4. Oksidasi FeO
sulit dibuat karena terdisproporsionasi menjadi Fe dan Fe2O3.
Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat
dalam udara lembab dengan terbentuknya karat (Fe2O3.nH2O),
yang tidak melindungi besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka dari itu
biasanya besi di tutup dengan lapisan logam zat – zat lain seperti timah,
nikel, seng dan lain – lain. Suatu besi jika dalam keadaan pijar besi dapat
menyusul O dan H2O (uap) dengan membentuk H2 dan Fe3O4.
Sedangkan jika di pijarkan di udara, besi akan membentuk Fe2O3
(ferri oksida) dan menggerisik, serta jika suatu besi tidak termakan oleh basa,
besi dapat larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida dengan membentuk H2,
asam sulfat pekat tidak memakan besi.
Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari
larutan sebagai hidrat. Jika diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung
pada tekanan parsial H2O, hidrat dapat terjadi dalam warna-warna
yang berbeda. Pada udara kering, air hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur
berubah warna menjadi merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru
turnbull, jika direaksikan dengan heksasianoferrat (III).
Besi membentuk dua deret garam yang penting.
Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari besi (II) oksida , FeO.
Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna
sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah
juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka
merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin
nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer
akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila
ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Garam Mohr
(NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4
cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai
untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai
zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O
secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam
udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada
larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan
FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+.
Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias
terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang
baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi.
Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam
berkristal. Garam mohr (NH4)2SO4. Fe(H2O)6
SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air,
dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis
volumetri, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya
FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning
cokelat bila dibiarkan dalam udara.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 gelas
piala, 1 gelas ukur, 1 neraca analitik, 1 pembakar bunsen, 1 kaki tiga + kasa
asbes, 1 pipet tetes, dan 1 corong. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
serbuk besi atau paku, H2SO4 10
% dan amoniak.
Cara Kerja
1. Larutan A
Dilarutkan 3,5 gram besi ke dalam 100 ml H2SO4
10 %. Dipanaskan sampai hampir semua besi larut. Disaring larutan ketika masih
panas. Ditambahkan sedikit asam sulfat pada filtrat. Diuapkan larutan sampai
terbentuk kristal dipermukaan larutan.
2. Larutan B
Dinetralkan 50 ml H2SO4 10%
dengan amoniak. Diuapkan larutan (NH4)2SO4
sampai jenuh.
3. Dicampurkan larutan A dan B
Sementara panas, dicampurkan
larutan A dan B. Didinginkan larutan yang diperoleh hingga terbentuk kristal
berwarna hijau muda. Garam Mohr murni dapat diperoleh dengan cara dilarutkan
kembali dalam sedikit mungkin air panas. Dibiarkan mengkristal. Ditimbang garam
Mohr yang diperoleh.
Hasil Percobaan
Hasil
1. Larutan A
No
|
Cara Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
2
3
4
5
|
Dilarutkan 3,5 gr besi dalam 100 ml H2SO4
10%
Dipanaskan
Disaring larutan ketika masih panas
Ditambahkan 2 mL asam sulfat pada
filtrat
Diuapkan larutan
|
Larutan warna abu-abu
kehitaman
Larutan berwarna biru
bening
Larutan biru bening
|
2. Larutan B
No
|
Cara Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
2
|
Dinetralkan 50 ml H2SO4
10% dengan amoniak
Diuapkan larutan
|
Larutan bening (sampai pH = 7)
|
3. Dicampurkan larutan A dan B
No
|
Cara Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
2
3
4
|
Dicampurkan larutan A
dan B ketika masih panas
Didinginkan
Dipisahkan larutan
dengan endapan yang terbentuk dengan kertas saring
Ditimbang kristal yang
diperoleh
|
Larutan berwarna hijau
muda dengan endapan putih
Tidak terbentuk
kristal-kristal garam 0 g
|
Perhitungan
Pembahasan
1. Larutan
A
Pada percobaan ini pertama–tama dibuat larutan A dengan cara dilarutkan 3,5
gram besi ke dalam 100 ml H2SO4 10%, larutan berwarna
abu-abu kehitaman dan endapan yang berupa besi akan melarut, dimana H2SO4
merupakan pelarut yang mengandung proton yang dapat diionkan dan bersifat asam
kuat atau lemah. Dipanaskan larutan sampai hampir semua besi larut, sehingga
larutan berubah menjadi biru bening, kemudian larutan disaring dengan
menggunakan kartas saring ketika masih panas, ke dalam larutan tersebut
ditambahkan sedikit (1-2 ml) asam sulfat pada filtrat dan menguapkan larutan
sampai terbentuk kristal dipermukaan larutan.
Adapun tujuan dari penyaringan adalah untuk menghindari terbentuknya
kristal pada suhu yang rendah dan tujuan dari pemanasan adalah adalah sebagai
katalis yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga hampir semua besi
dapat melarut. Larutan ini terus diuapkan dengan tujuan untuk mengurangi
molekul air yang ada pada larutan. Larutan ini digunakan untuk menstabilkan
kristal vitrol yang terbentuk. Percobaan ini manghasilkan garam besi (II)
sulfat yang merupakan garam besi (II) yang terpenting. Garam-garam besi (II)
atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini
mengandung kation Fe2+ sehingga berwarna hijau dan Pembentukan FeSO4
dari logam Fe merupakan reaksi elektron berdasarkan prinsip termokimia. Reaksi
yang terjadi yaitu:
Fe + H2SO4 FeSO4 + H2
2. Larutan B
Pembuatan larutan B yaitu pertama–tama dinetralkan 50 ml H2SO4
10% dengan amoniak, campuran tersebut berupa larutan jernih dan panas. Kemudian
dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan kertas lakmus maka dapat dikatahui
bahwa pH larutan tersebut adalah netral 7 karena reaksi antara kedua reaktan
merupakan reaksi netralisasi asam-basa dengan pH netral. Kemudian larutan ini
diuapkan hingga jenuh sampai timbul endapan-endapan kristal. Reaksi yang
terjadi yaitu:
2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4
3. Dicampurkan larutan A dan B
Pembentukan kristal garam mohr dapat dilakukan dengan cara dicampurkan
larutan A dan B ketika masih panas, atau pada keadaan yang sama, kondisi ini
dipertahankan agar tidak terjadi pengkristalan larutan pada suhu yang rendah,
maka akan dihasilkan larutan berwarna hijau muda dengan endapan putih. Untuk
memperoleh kristal, dilakukan pendinginan beberapa hari sehingga terbentuk
kristal yang lebih halus. Setelah didinginkan, larutan campuran tadi disaring
sehingga diperoleh kristal garam mohr yang dimaksud. Kristal garam mohr
ditimbang dengan neraca analitik didapatkan 0 gram. Dari data yang
diperoleh, maka didapatkan pemurnian garam mohr adalah 0 %. Bentuk kristal garam mohr adalah monoklin dengan warna
hijau muda. Dalam senyawa kompleks Fe2+ berperan sebagai atom pusat
dengan H2O sebagai ligannya. Adapun reaksi yang berlangsung yaitu :
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O
→ (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu garam Mohr merupakan senyawa kompleks besi dengan ligan amonium dan sulfat dengan rumus molekul (NH4)2Fe(SO4)2. 6H2O. Pembuatan garam mohr dilakukan dengan cara kristalisasi, yaitu melalui penguapan, dan didapatkan kristal berwarna hijau muda. Campuran besi (II) sulfat dengan larutan amonium sulfat akan menghasilkan suatu garam, yang sering disebut dengan garam mohr. Garam mohr stabil diudara dan larutannya tidak mudah dioksidasi oleh oksigen diatmosfer. Garam Mohr yang terbentuk sebesar 0 gram dengan tingkat kemurniannya adalah sebesar 0 %.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar