DASAR TEORI
Lingkungan hidup adalah semua benda
yang hidup (biotik) dan yang tidak hidup (abiotik) serta kondisi yang ada dalam
ruang yang kita tempati. Antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal
balik, manusia mempengaruhi lingkungannya begitu juga sebaliknya. Jika
lingkungan tercemar maka manusia akan merasakan dampaknya. Persoalan lingkungan
yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah manusia dan kegiatan produksi yang
dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan sumber pencemaran lingkungan karena
menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang berbahaya yang tidak dapat di
daur ulang (Nurhasmawaty, 2004).
Kegiatan produksi selain menghasilkan
produk yang mempunyai nilai ekonomi juga menghasilkan limbah. Limbah-limbah
tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah merupakan konsekuensi
dari adanya aktifitas manusia karena setiap aktifitas manusia cenderung
menghasilkan limbah. Mengingat aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan
dan mudah di dapat sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng.
Kaleng bekas minuman ringan merupakan salah satu limbah yang banyak terdapat
dalam masyarakat selain itu, karna pada yang mengandung aluminium selanjutnya
diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas). Tawas ini dikenal dengan
nama KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan
air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk
mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspense.
Tawas (kalium aluminiumsulfat) dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium
(Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida
Hal yang dilakukan pertama- tama membuat limbah gas hidrogen dengan melarutkan 10 gram NaOH dalam aquadest 100 ml, pada pencampuran ini diambil 50 ml yang selanjutnya digunakan untuk melarutkan 1gram kertas alumunium yang sudah dipotong-potong ke dalam beaker glass, pelarutan ini dilakukan di dalam lemari asam. Larutan hasil pencampuran TERSEBUT selanjutnya dipanaskan pada suhu ± 100°C , oh ya jangan lupa saat memanaskannya dilakukan juga dalam dalam lemari dan pastikan sudah tidak ada gelembung yang terbentuk, jangan kaget jika pada saat memanaskan terdapat gelembung yang tertarik ketengah, ini disebapkan karna adanya magnet disekitar larutan. Setelah selesai dipanaskan larutan kemudian didinginkan pada saat larutan sudah dingin, larutan kemudian disaring kemudian filtratnya direaksikan dengan larutan H2SO4 6 M sebanyak 30 ml sambil terus diaduk. kemudian larutan disaring kembali , hasil saringan inilah yang akan membentuk tawas , namun pada tahap ini tawas masih tercampur dalam larutan , antuk memisahkannya , dengan merendamnya pada air es yang mana pada saat ini akan mengnyebapkan tawas menjadi mengkristal dan mengendap di dasar larutan ,dan setelah semua tawas mengendap barulah larutan disaring, untuk lebih meyakinkan semua kristal tawas tersaring, maka erlenmeyer dibilas menggunakan etenol , etanol ini pun Kemudian disaring kembali, residu yang dihasilkan merupakan tawas sedangkan filtratnya merupakan limbahnya.
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah pembuatan
tawas menggunakan alumunium foil yang direaksikan dengan senyawa basa, yaitu
KOH 20% dan NaOH 10%. Sebelum direaksikan, terlebih dulu alumunium foil
dipotong menjadi ukuran yang kecil agar mempercepat reaksi. Hal ini dikarenakan
luas permukaan merupakan factor yang dapat mempercepat laju reaksi. Reaksi
antara alumunium foil dan KOH menghasilkan gas H2. Hal ini
ditandainya dengan terbentuknyaa gelembung gas ketika reaksi berlangsung.
Adapun reaksinya:
2Al + 2KOH + 6H2O à 2K[Al(OH)4] + 3H2 ……………(1)
Setelah alumunium foil habis bereaksi dengan NaOH, larutan ini
dipanaskan pada suhu 80˚C untuk memastikan bahwa tidak ada lagi gelembung
(reaksi pembentukan gas). Kemudian
pendinginan dilakukan, setelah itu larutan ini disaring untuk memisahkan
zat-zat pengotornya. Filtrat yang
dihasilkan direaksikan dengan H2SO4 6M sambil diaduk. Mula-mula terbentuk endapan putih aluminium hidroksida [Al(OH)3]. Adapun
reaksinya:
2K[Al(OH)4]+H2SO4 à 2Al(OH)3+K2SO4+2H2O…………..(2)
Pemberian H2SO4 berlebihan melarutkan
endapan [Al(OH)3] membentuk kation K+, Al3+,
dan SO42-, sehingga larutan menjadi bening tak berwarna
2Al(OH)3 + 3H2SO4 à Al2(SO4)3 + 6H2O……………..(3)
Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk
pada reaksi (3) di atas bereaksi kembali dengan K2SO4 hasil reaksi (2)
membentuk kristal yang diperkirakan adalah KAl(SO4)2.12H2O berwarna putih
(anonim, 2006).
K2SO4+Al2(SO4)3+12H2O à 2KAl(SO4)2.12H2O
Kemudian
dilakukan penyaringan lagi untuk memisahkan filtrate dengan zat-zat
pengotornya. Untuk mempercepat terbentuknya Kristal, filtrat
didinginkan dalam air es. Semakin lama pembentukan Kristal dapat terlihat.
Setelah tawas terbentuk, penyaringan dilakukan untuk memisahkan tawas dari
filtrate. Tawas dicuci dengan 20 ml larutan etanol 70%. Hal ini karena sifat etanol yang mudah
menguap. Sehingga apabila dicuci dengan etanol. Air yang berlebih pada kristal
diserap dan dapat mempercepat pengeringan. Setelah itu, keringkan dalam oven,
kemudian ditimbang berat tawas yang diperoleh. Pembuatan tawas dengan katalis KOH berhasil menghasilkan tawas
sebanyak 9,52 gram.
Percobaan selanjutnya yaitu
mereaksikan alumunium foil dengan NaOH 10%. Reaksi antara alumunium foil dan
NaOH menghasilkan gas H2. Hal ini ditandainya dengan terbentuknyaa
gelembung gas ketika reaksi berlangsung. Adapun reaksinya:
Al + NaOH à AlOH + Na+
Kemudian praktikan melakukan langkah-langkah kerja yang sama
dengan percobaan sebelumnya. Namun pada percobaan kedua ini tawas tidak
terbentuk. Hal ini dikarenakan katalis yang digunakan (NaOH) tidak murni.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembuatan tawas dari limbah alumunium dengan KOH 10% menghasilkan tawas sebanyak 9,52 gram. Penggunaan KOH untuk bereaksi dengan alumunium lebih baik dibanding penggunaan NaOH. Karena NaOH yang digunakan tidak murni.